Guru merupakan kreator dalam proses belajar mengajar di sekolah .kebesaran jiwa,wawasan dan pengetahuan guru atas perkembangan masyarakat akan membawa para muris untuk berfikir melewati batas – batas kekinian dan berfikir untuk menciptakan masa depan yang lebih baik.
Seorang guru harus mampu melakukan riset, memiliki respek terhadap beragam pengetahuan siswa, kritis, memahami isu etik dan estetika, menjadi teladan, mau mengambil risiko, reflektif dan kritis, serta memiliki pemahaman tentang identitas kultural masyarakat sekitarnya.
Yang jelas tugas utama seorang guru yaitu mengembangkan potensi siswa secara maksimal lewat penyajian mata pelajaean dikelas
Seorang guru harus meningkatkan ilmu pengetahuan yang dipelajari secara terus menerus,yang mana diperlukan adanya pembinaan yang sistematis dan terencana bagi para guru.
respek terhadap otonomi siswa, rendah hati, logis, toleran, memperjuangkan hak, penuh sukacita dan harap, yakin terhadap perubahan, dan penuh rasa ingin tahu.
mengajar ialah aksi kemanusiaan. Hal tersebut terkait dengan kesadaran guru terhadap profesi, komitmen, peran pendidikan dalam mengubah dunia, otoritas dan kebebasan, hati nurani, mau mendengarkan, pemahaman ideologis, dan terbuka untuk berdialog.
Tantangan Secara aktual, guru-guru dihadapkan pada situasi zaman yang terus bergerak dan semakin kompleks. Tantangan dalam mendidik anak-anak bangsa semakin kompleks. Gambaran Freire dan Ki Hadjar Dewantara yang memosisikan guru sebagai kompas kemanusiaan semakin terkikis di era pragmatis ini. Setidaknya ada tujuh hal yang menyebabkan guru semakin sulit untuk mendidik anakanak bangsa; pertama, terkait dengan visi mendidik anak di tengah semakin pragmatisnya cara pandang masyarakat. Mendidik dipersempit sebatas transfer pengetahuan dan keterampilan yang berguna bagi anak-anak di di dunia kerja.
pemosisian guru dalam lingkup administratif dan manajemen pembelajaran semata. Pada posisi ini guru menjadi petugas yang menyelesaikan berbagai tagihan administratif atau memberikan penilaian kepada siswa. Ketiga, tantangan sosiokultural yang terkait dengan pola adaptasi yang dihadapi ketika mengajar siswa yang beragam. Guru masih cenderung gebyah-uyah ketika mengajar. Bagaimana guru memahami keberagaman peserta didik dari berbagai latar menjadi penting. Guru perlu responsif terhadap konteks geografis, sosiokultural, dan demografis ketika mereka mengajar.
keterbatasan untuk meningkatkan kapasitas seperti peluang mendapat pelatihan dan beasiswa. Peluang untuk mendapat beasiswa baik untuk melanjutkan studi maupun pelatihan bagi guru menjadi sangat penting. Prioritas utama ialah bagi mereka yang memiliki keterbatasan akses.
tantangan dalam penguasan media digital. Sering kali penguasaan media digital semata untuk pemenuhan penunjang kegiatan pembelajaran. Padahal, yang lebih penting ialah bagaimana guru melek digital. Peran guru di sini memandu para siswa mengarungi beragam hoaks yang tersebar di media sosial. Problem lainnya ialah ketimpangan akses digital yang masih terbuka lebar.
Guru harus berusaha dalam mengatasinya demi memajukan pendidikan di Indonesia, mengingat kemajuan pendidikan keberhasilan belajar ditentukan dari kualitas guru.
Guru harus terus berusaha menciptakan pembelajaran yang inovatif, menarik dan menyenangkan bagi siswa. Ada banyak cara yang bisa Anda lakukan untuk menciptakan pembelajaran bermakna tersebut, salah satunya dengan terus belajar. Ya, selain mengajar guru juga harus belajar mengembangkan diri lebih baik dan meningkatkan kompetensi yang dimiliki.
Belajar bisa di mana saja dan kapan saja, contohnya di kejarcita. Kejarcita.id senantiasa berusaha untuk berkontribusi meningkatkan kualitas pendidikan Indonesia dan mendampingi guru-guru atau sekolah untuk terus berkembang. Kejarcita memiliki program pelatihan yang sesuai dengan kebutuhan pendidikan masa ini.
Tinggalkan Komentar